Kiprah Ibu Ainun Habibie
Kiprah Ibu Ainun Habibie
Dahulu pada saat
Ainun muda, Ainun sempat mengenyam pendidikan kedokteran di Universitas
Indonesia dan meraih gelar dokter tahun 1961. Kemudian, Ainun bekerja di RS
Cipto Mangunkusumo (RSCM) di kawasan Salemba, Jakarta Pusat. Dia tinggal di
asrama belakang rumah sakit, tepatnya Jalan Kimia. Ketika menikah dengan
Habibie, Ainun dihadapkan dengan dua pilihan, memilih untuk tetap bekerja di
rumah sakit atau berperan serta berkarya di belakang layar sebagai istri dan
ibu rumah tangga. Setelah berdiskusi dengan Habibie, Ainun pun akhirnya memilih
opsi yang kedua. Karena cuti bekerjanya habis, Habibie harus kembali ke Jerman.
Pun, dia harus melanjutkan pendidikan gelar Doktor kala itu. Ainun harus
menyelesaikan tugasnya di RSCM dan ikut suaminya ke negeri Nazi.
Selain berperan
sebagai Ibu Negara Republik Indonesia ketiga, Ainum juga berkiprah dalam
membantu memperjuangkan para tunanetra agar bisa melihat kembali dengan normal.
Dia mendirikan bank mata yang masih menjadi pro kontra pemerintah. Donor mata
diharamkan sehingga menjadi masalah tersendiri. Kala itu, peran Ainun bisa
memperjuangkan peraturan tepat untuk donor mata. Fatwa halalnya donor mata
berhasil karena Ainun. Kebaikannya itu tidak dapat dinilai dengan uang. Orang
dengan cacat mata sangat bangga dengan sosok Ainun karena membantu
mengembalikan penglihatannya.
Bagi SBY, Hasri
Ainun Habibie memiliki jasa dan peran besar dalam perjalanan sejarah bangsa
Indonesia. Peran ini tak lepas dari sikap yang selalu setia memberikan dukungan
mendampingi suami tercintanya, BJ Habibie, pada saat menjabat sebagai Presiden
RI. Hingga akhirnya Ainun wafat. Dan kisah Ainun dan Habibie diangkat
menjadi sebuah film nasional yaitu film Habibie dan Ainun.
Fakta –
Fakta Kisah Habibie Ainun Semasa Hidupnya
Hampir setengah
abad bersama Ainun, Habibie pun merasa kehilangan sosok istrinya yang sangat
dicintai. Sambil terus menjalani kehidupan, Habibie menerima takdir terpisah
raga dari istrinya. Semasa hidupnya, Habibie tak pernah bosan menceritakan
berapa beliau mencintai bu Ainun dan berarti dalam hidupnya. Padahal saat
pertama bertatap mata dengan Ainun tak pernah menerka takdirnya dengan Ainun.
Inilah beberapa fakta dari kisah Ainun Habibie.
1.
Bertemu saat SMP
Pertemuan keduanya terjadi saat Ainun-Habibie
mengenyam pendidikan di sekolah
menengan pertama (SMP).
2.
Panggilan ‘Si Gula Jawa’
Pada waktu remaja, keduanya tidak saling
tertarik. Namun Habibie ingat betul sosok Ainun remaja berwarna kulit
kecoklatan dan malah menyematkan panggilan ‘Si Gula Jawa’ pada Ainun.
3.
Tidak tertarik Ainun remaja
Kendati kulit Ainun berwarna kecoklatan,
pesona Ainun menurut Habibie tak kalah dengan remaja lainnya. Banyak remaja
yang memang menyukai Ainun, tapi tidak dengan Habibie. Kalaupun suka, kata
Habibie, belum tentu juga Ainun naksir pada dia.
4.
Ainun adik Angkatan
Habibie-Ainun bertemu kembali saat mengenyam pendidikan
di sekolah menengah atas (SMA) di SMA Kristen Dago Bandung, Jawa Barat. Ternyata, Ainun merupakan adik
angkatan dari Habibie.
5.
Ainun dan Habibie siswa cerdas
Usia Ainun-Habibie termasuk paling muda di
SMAnya dulu. Keduanya juga merupakan siswa cerdas.
6.
Menikahi Ainun pada 1962
Meski komunikasi telah terputus, Habibie bisa
kembali bertemu dengan 'Si Gula Jawa' saat ibunya meminta ia pulang ke
Indonesia. Akhirnya, ia menikahi Ainun yang berubah menjadi 'Si Gula Pasir'
pada 12 Mei 1962 di Rangga Malela, Bandung. Kisah cintanya pun berlanjut,
keduanya hidup harmonis dengan dua putra laki-laki yaitu Ilham Akbar dan Thareq
Kemal. Hampir setengah abad menikah Ainun-Habibie berhasil mempertahankan
cintanya terhadap satu sama lain.
Komentar
Posting Komentar